You deserve happiness

Saturday, April 25, 2020

Kebiasaan unik orang Yahudi dalam menjawab pertanyaan


Dalam tradisi Talmudik, perkembangan tradisi Yahudi dalam membaca Alkitab mempunyai berbagai jenis metode untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan. Salah satu metode tersebut adalah dengan "menjawab pertanyaan dengan pertanyaan". Selain metode ini, orang Yahudi mempunyai cara menjawab pertanyaan dengan:
  1. Perumpamaan. Banyak sekali Rabbi (Ustad atau guru agama) yang mengajar dengan menggunakan analogi. Apakah manusia akan bangkit di hari kematian sebagai mahluk yang bertubuh? Rabbi tersebut menjawab, sebagaimana sang budak (tubuh) dan sang pangeran (roh) mencuri harta bersama-sama, maka mereka akan diadili bersama-sama. Metode ini juga sering digunakan oleh Yesus dalam tradisi Kristiani ketika sedang mengajar.
  2. Lalu ada juga dengan menggunakan metode yang namanya analisis "kata". Ambil contoh, saya mempunyai teman yang bernama Kaleb. "Ka" artinya "semuanya", "Lev" artinya "hati". Kaleb(kalev) artinya adalah dengan seluruh hati kita, itulah yang disebut dengan anjing atau setia, dan itu menjadi salah satu nama tokoh Alkitab. Ada lagi "Yitzhak" atau Ishak, yang berarti "ketawa" yaitu ketika Sarah bisa melahirkan anak di hari tuanya. Analisis kata sering dipakai dalam studi dan analisis Alkitab.
  3. Dan masih ada lagi yang namanya paralelisme. Sebagai suatu contoh, apakah Anda tahu tentang kisah bagaimana Ishak ditipu oleh Yakub? Ya, cerita yang sama berulang ketika Yakub ditipu oleh anak-anaknya sendiri ketika Yusuf dijual ke Mesir. Persamaan dari berbagai kisah menjadi sebuah sarana untuk melakukan eksplorasi terhadap makna yang lebih dalam.
Lalu kita masuk kepada "Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan". Mengapa dalam tradisi studi Alkitab sering digunakan cara ini? Karena pertanyaan yang buruk akan memberikan jawaban yang buruk, sehingga evaluasi terhadap pertanyaan itu sendiri sangatlah penting. Tanpa adanya sebuah pendekatan yang tepat, maka penjawab pertanyaan akan "terjebak" dalam asumsi-asumsi yang salah. Sebaik apa pun jawaban, akan tetap salah, selama premis-premis dasar tidak diketahui dan diperjelas terlebih dahulu.
Kedua, tradisi agama Yahudi percaya bahwa "jawaban yang paling riil" tidak terikat pada satu jenis jawaban saja. Berbeda dengan tradisi Barat (Yunani-Romawi), tradisi Yahudi tidak terikat pada suatu "logika jawaban" yang sama. Karena kalau sudah dijawab, maka itu sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Mendapatkan pertanyaan bukanlah hal yang buruk karena kita bisa mempelajari hal-hal yang baru dan lebih mendalam. Torah bukanlah sebuah kumpulan tulisan yang sudah menjawab sesuatu, tetapi menjadi "teka-teki meditatif" yang dipikirkan seumur hidup.
Itulah sebabnya orang Yahudi suka menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

No comments:

Post a Comment